Lewati ke konten utama
Beranda

Aksesibilitas

KMH Raker 2023, Eval, Perencanaan, dan Penyegaran: 2nd Series

KategoriProgram,


Foto saat diskusi di ruang tengah vila UTC

Masih diiringi gerimis yang menetramkan hati, hari kedua dibuka sesi yang agak ringan setelah sarapan pagi. KL VS KB (Kawan lama Versus Kawan Baru). Ya, di Raker kali ini kami kedatangan beberapa wajah baru. Sebut saja Iqbal mahasiswa Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Surabaya, Salwa Aqillah mahasiswi S1 Psikologi Universitas Surabaya, dan duanya lagi. Ada tamu jauh yang merupakan anggota Mata Hati yang telah lama bergabung dan seorang lagi baru.

Sobat kami Alfian, nekat naik pesawat malam dari Jakarta demi menyabani acara KMH dan bertindak sebagai fasilitator pada agenda kali ini. Profesinya sebagai salah satu analis di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mengharuskan dia meninggalkan Surabaya, kota kelahirannya sekaligus basecamp Mata hati yang jadi salah satu tempatnya berproses selama ini. Pada sesi tersebut ia mengisahkan perjuangannya selepas diterima menjadi ASN. Tiba di Ibukota dengan sang ayah, ia harus bertahan hidup dengan gaji yang belum penuh lantaran belum dilantik.

“Saat itu muncul semua bayangan masa lalu. Dari saya kecil, teman-teman, ya pokoknya begitulah. Tapi Alhambulilah, saya bisa bertahan. Pesan saya: jadi orang yang penting harus punya upaya yang keras. Tanpa itu, sebaiknya jangan pernah bermimpi jadi apa-apa” jelas disabilitas netra lulusan Antropologi Universitas Airlangga itu.

Yang satu lagi Nurul. Gadis dengan disabilitas netra asal Jombang ini juga merelakan waktu dan sumber dayanya untuk turut adu soro (beradu susah dalam Bahasa Jawa), bergabung dalam berkegiatan di Komunitas Mata Hati di tahun ini.

“Saya mau belajar hal baru. Saya juga berorganisasi sebelum ini. Tapi setiap organisasi mempunyai karakter yang unik dan berbeda” tandas mahasiswi S2 Kebijakan Publik Fisip Unair itu.

Usai mendengar curhatan Alfian dan rekan baru kami, Nurul, tiba saat curhatan para kordinator divisi. FYI), Komunitas Mata Hati terdiri atas tiga divisi, yaitu: Sekretariat, Humas, dan Media Sosial. Dibuka pemaparan dari divisi Media social yang digawangi Alfian Andhika, codingwebsite, manajemen konten, dan rekrutmen relawan masih jadi kendala yang mesti diakali sedemikian rupa oleh sang kordinator. Soal relawan yang pernah bergabung dan mengundurkan diri, ia menyatakan bahwa hal tersebut akan menjadi catatan tersendiri baginya.

“Memang saat akan mengundurkan diri individu tersebut terkesan melakukan jopdes berdasarkan agenda yang dibuatnya. Namun bagi saya hal itu hanya bentuk pelariannya dari tanggung jawab. Asal menggugurkan kewajiban lalu membuat surat pengunduran diri, apalagi organisasi telah mengeluarkan cost untuk menunjang aktifitasnya. Saya harap hal semacam ini tak terulang kembali” tandasnya.

Kemudian disusul divisi Humas. Selaku kordinator, Prana dibantu Ani, Jojo, dan Eka menjelaskan capaian mereka selama 2022. Meski masih berjalan 7 bulan, divisi ini menasbihkan 80 persen dari target.

“Sesuai dengan perencanaan tahun 2022, kami telah beraudiensi dan menjalin hubungan dengan para stakeholder mitra Mata Hati. Ada juga beberapa jaringan baru, misalnya dari jajaran birokrasi seperti Dinas Perpustakaan Provinsi Jawa Timur dan dari unsur lembaga pendidikan tinggi juga ada. Namun demikian, frekuensi kunjungan bulanan tak sesuai yang telah diagendakan” papar Eka, salah satu anggota divisi.

Yang terakhir Aswar, kordinator divisi Sekretariat. Drummer yang akrab disapa Ipung ini menjelaskan bahwa masih banyak hal yang menjadikan tugas kesekretariatan tak dapat dikerjakan dengan baik. Diantaranya, pengembalian barang dan perlengkapan yang digunakan setelah satu penyelenggaraan event tak pada tempatnya membuat benda-benda tersebut akan sulit ditemukan ketika KMH ada acara selanjutnya.

“Minggu lalu kami tak dapat menemukan microphone yang digunakan pada acara penerimaan tongkat dari Kemensos. Ternyata baru ketemu waktu akan berangkat ke mari. Ada di rak lain” tutur disabilitas netra dari Surabaya penggemar IT tersebut.

Dilanjutkan perencanaan, sesi tersebut yang terbagi dua termin, yaitu “Mau Diapakan” dan “Rencana?” berlangsung hingga sore harinya. Setelah Magrip, diteruskan dengan sesi penetapan kordinator dan para anggota divisi yang sengaja diresafel, yang tak mau kalah sama Kabinet Indonesia Maju.

Tawa dan prasangka mewarnai jalannya penentuan tersebut. Apakah masing-masing Divisi memiliki punggawa yang baru? Ataukah tetap pada formasi lama? Semua proses kami selanjutnya akan tertuang di kesempatan berikutnya.

Kembali ke halaman artikel